Bahaya Inflasi




Lebih Jauh Mengenai Misteri Emas...

Mungkin Anda sering mendengar bahwa emas paling pantas dijadikan uang karena dia memiliki nilai intrinsik. Dia tidak seperti kertas yang bisa diproduksi tanpa batas. Karena pertambahan jumlahnya lambat, maka emas selalu memiliki nilai. Menurut kami ini benar-benar omong kosong.


 Tidak ada barang apapun di dunia yang memiliki nilai intrinsik! Semua barang bisa memiliki nilai hanya jika dia membawa manfaat. Bila barang itu tidak memiliki manfaat apapun bagi manusia, maka tidak peduli jumlahnya sesedikit apa, atau sesulit apa dia diperoleh, barang itu tetap tak bernilai!

Sejarah uang manusia adalah sebuah kisah perang antara D dan E di atas, di mana D dan E masing-masing menganggap uang yang mereka produksilah yang seharusnya digunakan. D menganggap uang kertas (ataupun elektronik) lebih gampang diproduksi, dan karenanya lebih bermanfaat bagi manusia. Sedangkan E berargumentasi bahwa sepanjang sejarah manusia, belum pernah ada seorang (atau sebuah institusi) D manapun   yang   bisa   dipercaya  untuk   tidak   memanipulasi jumlah uang beredar demi kepentingan pribadi mereka sendiri, dan   oleh   sebab   itu,   manusia   harus   menggunakan  emas ataupun  perak  (yang  jumlah  dan  pertambahan produksinya terbatas) untuk dijadikan uang.

Namun,  tentu  saja,  penggunaan  emas  (dan  perak)  sebagai uang juga memiliki kelemahan mereka sendiri. Tidak semua negara memiliki tambang emas, apakah demi memiliki uang dalam bentuk emas lantas mereka harus berhutang kepada negara lain untuk meminjam emas? Di samping itu, kekayaan datang dari produksi barang dan jasa manusia, bila kecepatan produksi barang dan jasa tidak bisa diikuti oleh pertambahan jumlah emas yang bisa ditambang, lantas bagaimana?

Bukan kapasitas kami untuk menilai sistem siapa yang lebih baik   (D   atau   E).   Namun,  sekadar   untuk   jaga-jaga,  kami sarankan Anda untuk mengalihkan sebagian uang Anda ke dalam bentuk emas.


Walaupun sistem keuangan dunia sudah meninggalkan standar emas sejak 1971, emas hari ini  masih menjalani fungsi lain sebagai anti-uang (kertas). Setiap  kali  manusia mulai  curiga terhadap apa yang dilakukan pemerintah (bank sentral) terhadap uang mereka, mereka akan selalu kembali ke emas, sebab jumlah emas memang tidak bisa dimanipulasi, dan sampai saat ini memang belum ada barang pengganti emas yang lebih jujur untuk dijadikan uang.



Dan cara ketiga untuk menghadapi inflasi adalah:
Simpanlah sebagian tabungan Anda dalam bentuk emas” Menarik  untuk  Anda  ketahui,  setiap  30   40  tahun  sekali,
tampaknya akan ada sebuah kejadian yang membuat manusia meragukan uang kertas yang diterbitkan negara. Tabel berikut adalah  perbandingan  nilai  kapitalisasi  saham  di  index  Dow Jones terhadap harga emas.

Perhatikan  bahwa  perbandingan  index  saham  Dow  Jones  : Emas selalu kembali ke angka 1 : 1 setiap periode tertentu.





Saat ini (Oktober 2007), index saham Dow Jones adalah sekitar
13.800, dan harga emas sekitar $705/oz. Perbandingannya adalah 17,5 kali. Untuk kembali ke perbandingan 1 : 1 kemungkinannya adalah sebagai berikut

   Dow Jones turun, emas naik
   Dow Jones tetap, emas naik banyak
  Dow Jones naik, emas naik jauh lebih banyak
   Dow Jones turun, emas tetap
   Dow Jones turun sangat banyak, emas turun

Apapun yang terjadi dari kelima skenario di atas, tampaknya untuk beberapa tahun ke depan, lebih masuk akal untuk menyimpan uang dalam bentuk emas daripada saham!
 


Mengenai Kredit (Uang + Bunga):

Terima kasih kepada sistem fractional reserve banking, bank- bank komersial bisa meminjamkan “uang” kepada masyarakat tanpa modal. Tidak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang, mereka bukan menggunakan uang nasabah yang menabungkan uangnya di bank untuk dipinjamkan kepada orang lain. Setiap sen yang dipinjamkan bank (kredit) adalah suplai uang baru. Namun jangan salah, bila Anda gagal bayar atas “pinjaman” mereka, bank berhak menyita aset jaminan Anda,  semuanya  dengan  menggunakan  uang  yang  bahkan tidak mereka miliki. Ditambah dengan beban bunga yang harus dibayarkan, yang sebenarnya tidak eksis di masyarakat, sebagian masyarakat ditakdirkan untuk kehilangan uang mereka, alias bertambah miskin.

Sebagai contoh, misalnya di suatu masyarakat uang beredar adalah 100 milyar. Bank-bank komersial di sana kemudian berhasil “meminjamkan” 20 milyar kepada masyarakat di sana dalam waktu 1 tahun dengan bunga 15% per tahun. Uang tambahan yang diciptakan bank adalah 20 milyar, bunganya yang sebesar 3 milyar sendiri tidak diciptakan oleh bank. Beban bunga ini harus diambil dari 120 milyar total uang beredar. Kekayaan masyarakat sebesar 120 milyar (100 + 20) akan berkurang menjadi 117  milyar satu  tahun kemudian karena harus membayar bunga kepada bank.

Satu   tahun   kemudian,   bank   berhasil   menyalurkan   kredit sebesar 30 milyar dengan bunga 15%. Kali ini beban bunga yang harus ditanggung masyarakat adalah 4,5 milyar, dan kekayaan yang seharusnya dimiliki masyarakat sebesar 150 milyar (100 + 20 + 30) sekarang tinggal 142,5 milyar karena

bunga sebesar 7,5 milyar (3 + 4,5) yang harus dibayar kepada bank dua tahun terakhir.
Bila siklus ini diteruskan, transfer kekayaan dari masyarakat kepada industri perbankan dan korporasi langganan mereka akan semakin besar dari tahun ke tahun, dan akan ada semakin banyak orang miskin di masyarakat.



Pertanyaannya: Seandainya berhutang kepada orang lain dan membayar bunga atas pinjaman adalah hal yang salah, lantas bagaimana kita harus meminjam? Tidak mungkin semua orang memiliki semua uang yang diperlukan untuk memulai sebuah usaha bukan?

Jawabannya adalah partnership (bagi hasil) dan barter ! Kita tidak perlu berhutang kepada orang lain dan membayar bunga kepadanya, kita bisa mengajak   orang   lain   untuk   bermitra   dengan   kita   dan melakukan bagi hasil sebesar yang disepakati bersama. Sebagai contoh:

Anda memiliki 20 juta di tangan, dan Anda ingin mendirikan sebuah peternakan. Menurut perhitungan Anda, akan membutuhkan 100 juta untuk memulai bisnis ini. Karena masih defisit 80 juta, bukannya meminjam dengan cara konvensional (pinjaman  dengan  bunga),  Anda  kemudian  mencari  mitra untuk memulai usaha ini. Modal akan dibiayai oleh Anda dengan orang tersebut sebesar 20 : 80. Anda, sebagai orang yang menjadi pemilik gagasan dan sekaligus yang akan menjalankan bisnis ini bisa meminta agar bagi hasil dilakukan misalnya sebesar 40 : 60.

Anda mendapatkan uang yang diperlukan, mitra Anda mendapatkan sebuah bisnis baru, dan tidak ada hutang yang tercipta dari transaksi ini. Masyarakat tidak perlu menanggung beban bunga yang diciptakan oleh siapapun.

Barter: tukar-menukar barang. Anda tidak perlu uang untuk melakukan kegiatan ekonomi. Tidak ada hutang yang tercipta.
Tentukan barang yang ingin Anda barterkan. Kemudian tentukan berdasar nominal uang berapa rupiah harganya. Lalu tukarkan dengan komposisi yang adil tanpa harus ada uang.

Kami tidak bermimpi bisa mengubah sistem keuangan global maupun di Indonesia sekarang. Mungkin tidak akan ada perubahan apapun sebelum sebuah bencana finansial besar melanda dunia. Mengenai kredit, apa yang bisa kami katakan adalah ini: Bank komersial memang bisa menciptakan kredit, tetapi mereka tidak bisa memaksakan kredit. Kalau Anda tidak mau berhutang, tidak ada yang bisa memaksa Anda untuk melakukannya. Kita  setidak-tidaknya masih  hidup  di  negara yang bebas.

Dan untuk negara kita, Indonesia, harapan kami semoga pemerintah bisa  segera membeli kembali bank-bank swasta yang beberapa tahun ini dilego ke institusi asing (Temasek Holding  dll)  atas  nama  privatisasi. Bank,  yang  memiliki  hak untuk menciptakan kredit dan menagih bunga atas pinjaman kosong mereka, terlalu penting untuk dimiliki institusi luar negeri. Bangsa ini akan terus-menerus menjadi budak dari luar negeri kalau kredit di negara ini dikendalikan oleh orang asing.

Saat ini karena propaganda Peak Oil, para Illuminati sedang menggalakkan bisnis biofuel di seluruh dunia, selain tidak menyelesaikan masalah suplai minyak (energi yang diperlukan lebih  besar  dari  yang  didapat), bisnis ini  juga  akan menghambat pertambahan suplai  bahan  pangan dunia.  Bila Indonesia mengizinkan para Illuminati masuk ke Indonesia dan mengontrol lahan pertanian kita, ditambah dengan penjualan aset negara lainnya lewat program privatisasi, kami percaya negara ini akan memasuki krisis multidimensi raksasa dalam 1 generasi ke depan. Daripada memilih biofuel, lebih baik mencoba energi alternatif lain seperti batu bara, solar, hydrogen, nuklir, angin, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar