SEBUAH PELAJARAN DARI JERMAN PASKA
PERANG DUNIA I
“Kami tidak cukup bodoh untuk mencoba menciptakan sebuah
mata uang
yang dibacking oleh
emas,
yang memang tidak
kami miliki lagi, tetapi setiap
Mark yang akan kami cetak akan
dibacking oleh pekerjaan dan barang yang nilainya setara… kami tertawa saat ahli finansial nasional memandang bahwa
nilai dari sebuah mata uang adalah tergantung kepada emas
dan sekuritas lain yang berada di ruangan besi bank.”
- Adolf Hitler -
Hitler dan para Sosialis
Nasionalis, yang mulai berkuasa
sejak 1933, kemudian melompati para bankir dan mulai menerbitkan mata uang mereka sendiri.
Mereka
belajar
dari
Abraham Lincoln yang menerbitkan “greenbacks.”
Hitler mulai menyusun program kredit dengan merancang berbagai pekerjaan umum. Proyek-proyek utamanya adalah pengendalian banjir, perbaikan bangunan publik dan perumahan umum, konstruksi
bangunan
baru, jalan raya, jembatan, kanal, dan pelabuhan. Nilai dari proyek-proyek
ini ditentukan untuk bernilai
1 milyar unit mata uang baru, yang
mereka namai Labor Treasury Certificate.
Jutaan orang dipekerjakan
untuk mengerjakan proyek-proyek ini, dan mereka akan mendapatkan
bayaran dalam bentuk sertifikat ini. Uang ini tidak dibacking oleh emas, melainkan
oleh sesuatu
yang
memiliki nilai, yaitu
tenaga kerja
dan
material yang diberikan kepada pemerintah.
Hitler berkata, “Untuk setiap Mark yang kami cetak kami mewajibkan
pekerjaan ataupun barang produksi
dengan nilai yang setara.”
Para pekerja kemudian dapat menggunakan sertifikat ini untuk membeli dan
membayar berbagai barang dan jasa, dan mulai
menciptakan pekerjaan untuk lebih banyak orang.
Dalam waktu 2 tahun, masalah
pengangguran teratasi dan negara ini kembali berdiri di atas kaki sendiri. Mereka memiliki
sebuah mata uang yang stabil, kuat, tanpa hutang, dan tanpa
inflasi, padahal pada saat yang bersamaan jutaan orang di Amerika dan negara-negara Barat lainnya masih tetap
menganggur dan hidup dari bantuan pemerintah. Jerman bahkan sanggup memulai perdagangan dengan luar negeri, sekalipun dia tidak diberikan kredit dan harus menghadapi
boikot perekonomian dari luar. Mereka melakukannya dengan
Sistem barter: mesin-mesin dan komoditi ditukar langsung dengan
negara lain, tanpa melalui bankir internasional.
Sistem pertukaran langsung ini bisa dilakukan
tanpa perlu berhutang dan tanpa defisit perdagangan. Eksperimen ekonomi Jerman
ini tidak berlansung lama, sama seperti yang terjadi pada
Lincoln, tetapi
berhasil meninggalkan
sejumlah peninggalan atas kesuksesannya, salah satunya adalah Autobahn, superhighway ekstensif pertama di dunia.
Hjalmar Schacht, yang saat itu adalah kepala bank sentral Jerman,
memiliki sebuah kutipan
menarik tentang greenbacks versi Jerman ini. Seorang bankir Amerika berkata kepadanya, “Dr. Schacht, kamu seharusnya datang ke Amerika. Kami punya
banyak uang dan itulah perbankan
yang sebenarnya.” Schacht
membalas, “Kamu seharusnya datang ke Jerman. Kami tidak
punya uang dan itu baru perbankan yang sebenarnya.”
Walaupun Hitler dihujat dalam berbagai buku sejarah, tetapi dia sebenarnya sangat populer di Jerman, setidaknya pada
masa-masa tertentu. Ini
terjadi
karena selama
periode tertentu, Hitler berhasil menyelamatkan
Jerman dari teori ekonomi Inggris, bahwa uang harus dipinjam dalam bentuk
emas kepada
para kartel
bankir dan bukannya bisa
dicetak
langsung oleh pemerintah.
Sebenarnya inilah sebabnya
kekuasaan Hitler harus dihentikan, dia melompati
bankir internasional dan menciptakan mata uang dia sendiri.
Sebelumnya Hitler dibiayai oleh para bankir untuk melawan
Soviet yang dipimpin Stalin. Tetapi kemudian
Hitler menjadi ancaman yang bahkan lebih besar dibanding
Stalin karena dia mencoba mencetak
uangnya sendiri,
sebuah
hak
istimewa
yang dimonopoli oleh bankir.
Dalam bukunya, “Billions for the Bankers, Debts for the People
(1984), Sheldon Emry menulis,
Jerman menerbitkan uang bebas hutang mereka mulai 1935,
mereka kemudian bangkit dari depresi dan menjadi kekuatan
besar dunia hanya dalam waktu 5 tahun. Jerman membiayai
pemerintahan dan semua
operasional perang mereka dari
1935 sampai 1945 tanpa emas dan tanpa hutang, dan memerlukan gabungan semua kekuatan
kapitalis dan komunisme untuk bisa menghancurkan Jerman dan mengembalikan Eropa
kembali ke genggaman para bankir. Bagian sejarah uang ini tidak pernah muncul dalam pelajaran uang di buku-buku dan kurikulum sekolah zaman ini.
MENGENAI HIPERINFLASI WEIMAR
Banyak buku yang menceritakan
tentang inflasi gila-gilaan
1923 yang dialami
Republik Weimar
(panggilan untuk Jerman
saat itu). Devaluasi
radikal dari mata uang Mark dikatakan
adalah kesalahan dari pemerintah yang
mencetak terlalu banyak uang. Namun kenyataannya tidaklah seperti itu. Krisis
finansial Weimar dimulai dari nilai reparasi
mustahil yang dipaksakan dalam Perjanjian
Versailles. Schacht,
yang saat itu adalah
komisioner mata uang berkata,
“Perjanjian Versailles adalah sebuah model untuk menghancurkan perekonomian Jerman… Kami tidak mungkin
sanggup membayar kecuali dengan mencetak uang besar-
besaran.” Itu yang dia katakan saat itu. Tetapi
dalam bukunya tahun 1967
“The Magic of Money,” Schacht mengungkapkan
bahwa sebenarnya yang memompa
begitu banyak uang baru ke
perekonomian Jerman saat itu bukanlah pemerintah, melainkan sebuah bank swasta, Reichsbank.
Sama seperti Federal Reserve
Amerika, kebanyakan orang mengira Reichsbank adalah bank pemerintah, tetapi dia sebenarnya adalah bank swasta yang dioperasikan untuk mencari kepentingan pribadi. Yang mendorong
masa inflasi dalam peperangan
menjadi masa hiperinflasi
adalah spekulasi dari investor luar negeri, yang menjual mata uang Mark, bertaruh bahwa nilainya
akan jatuh. Dalam sebuah manipulasi
yang disebut shortselling, spekulator menjual sesuatu yang sebenarnya tidak mereka
miliki,
untuk
dibeli
kembali saat harga jatuh. Spekulasi terhadap Mark bisa dilakukan karena Reichsbank menyediakan mata uang ini dalam jumlah sangat besar untuk dipinjamkan kepada orang-orang yang mau
meminjam, tentu saja dengan mengenakan bunga.
Menurut Schacht,
pemerintah Weimar bukan hanya tidak
menyebabkan hiperinflasi, tetapi merekalah
yang akhirnya berhasil mengendalikan hiperinflasi tersebut. Pemerintah
membuat batasan yang ketat terhadap Reichsbank, dan menghalangi dia untuk
meningkatkan spekulasi oleh luar negeri dengan menghapuskan
akses terhadap pinjaman bank. Hitler kemudian membawa Jerman
bangkit kembali
dengan menerbitkan
Labor Treasury Certificate,
sejenis
greenbacks versi Amerika.
Schacht mengakui di buku riwayat hidupnya
bahwa mengizinkan pemerintah untuk menerbitkan uang sebenarnya tidak serta-merta akan menciptakan
inflasi seperti
yang ditulis teori ekonomi klasik. Ketika suplai uang bertambah setara dengan pertambahan
barang dan jasa, inflasi tidak akan terjadi dan harga barang pun tidak akan naik.
Buat uang mu sendiri tanpa berhutang kepada bank. Edarkan dalam kelompok mu. Karena uang hanyalah kertas. Jangan mau dibodohi. Bank-bank pemungut bunga itulah musuh kita yang sebenarnya. Mereka menjajah, mereka menindas.
Buat uang mu sendiri tanpa berhutang kepada bank. Edarkan dalam kelompok mu. Karena uang hanyalah kertas. Jangan mau dibodohi. Bank-bank pemungut bunga itulah musuh kita yang sebenarnya. Mereka menjajah, mereka menindas.
* * *
Oleh
: Ellen Brown, www.webofdebt.com
Apa yang dilakukan Jerman bisa kita tiru, supaya tidak mudah digagalkan oleh "mereka" maka penting pemahaman ini disampaikan secara masif.
Tiap-tiap kelompok akan membuat kwitansi/uang mereka. Maka hal ini akan susah untuk dihancurkan. Misalnya setiap kecamatan punya kwitansi sendiri. Maka "mereka" tidak akan bisa berbuat apa-apa alias KALAH TELAK. Apalagi jika sistem ini dilakukan masif di seluruh dunia. Maka uang riba/hasil merampas milik "mereka" tidak berguna sama sekali. Bahkan emas sekalipun tidak ada gunanya. Semua akan menjadi MERDEKA !!. Kebutuhan manusia bukan uang atau emas atau perak. Kebutuhan manusia adalah REZEKI.
DAN INGAT ..!!
Uang adalah alat tukar, jangan gunakan sebagai pengukur kekayaan. Jangan menyimpan terlalu lama dan jangan biarkan riba/korupsi/cara-cara yang tidak fair melemahkan fungsi uangmu sebagai ALAT TUKAR / KWITANSI.
Mengatakan bahwa emas/perak adalah yang paling ideal itu sama saja Anda menganut paham Kapitalis. Bagaiman rakyat kecil yang tidak punya emas/perak? Darimana emas/perak didapatkan untuk memulai?
Fir'aun dan Qorun adalah pemilik emas melimpah tapi tetap saja tidak ada keadilan di saat itu. Karena tetap saja kapitalis. Pemilik emas dan perak yang paling banyak yang akan tetap/selalu menang.
Orang-orang yang mengatakan zaman Nabi Muhammad adalah pakai dinar dirham maka kita harus mengikuti jika mau selamat adalah PENIPU. Zaman nabi-nabi sebelumnya malah tidak pakai alat tukar. Itu juga bukan halangan untuk mendapatkan rezeki dari Allah. Islam mengajarkan mencari rezeki..!! Bukan dinar...!! Bukan dirham...!!. Jangan ajak mereka tersesat hanya karena NAFSUMU..!!. Pahami konsep rezeki dalam Islam. Sampaikan yang haq tinggalkan yang batil ..!!
Beda halnya jika manusia tahu apa yang dibutuhkan dari dunia ini yaitu rezeki dari Allah. Maka sistem perdagangan paling adil adalah rezeki ditukar dengan rezeki. Uang/kwitansi adalah bukti tulis sebagai "janji kesepakatan bersama" untuk bisa ditukarkan dengan komoditas barang/jasa lainya. Jadi, orang yang tidak berusaha mendapatkan rezeki semestinya juga tidak mendapatkan uang. Apalagi orang yang cuma duduk-duduk saja di pemerintahan dan mendapat gaji dari malak rakyat/pajak. Lebih hina/keji lagi orang-orang yang makan dari bunga/riba bank.
Nabi sebagai sosok panutan tetap saja mengusahakan rezeki. Bukan mendapatkan gaji/uang/dinar/dirham dari umatnya.
Lalu bagaimana dengan tokoh agama sekarang?
Menjual agama demi dapatkan uang?
Tidak mau mengusahakan rezeki?
Ceramah-ceramah agama menetapkan tarif?
Apakah Nabi melakukan itu?
Berhentilah menjual agama, jika memang kamu mengikuti Nabimu.
Selamatkan dirimu dari fitnah dunia jika tidak ingin menjadi golongan orang-orang yang rugi di kehidupan akhirat kelak. Hidup yang kekal abadi.
Apa yang dilakukan Jerman bisa kita tiru, supaya tidak mudah digagalkan oleh "mereka" maka penting pemahaman ini disampaikan secara masif.
Tiap-tiap kelompok akan membuat kwitansi/uang mereka. Maka hal ini akan susah untuk dihancurkan. Misalnya setiap kecamatan punya kwitansi sendiri. Maka "mereka" tidak akan bisa berbuat apa-apa alias KALAH TELAK. Apalagi jika sistem ini dilakukan masif di seluruh dunia. Maka uang riba/hasil merampas milik "mereka" tidak berguna sama sekali. Bahkan emas sekalipun tidak ada gunanya. Semua akan menjadi MERDEKA !!. Kebutuhan manusia bukan uang atau emas atau perak. Kebutuhan manusia adalah REZEKI.
DAN INGAT ..!!
Uang adalah alat tukar, jangan gunakan sebagai pengukur kekayaan. Jangan menyimpan terlalu lama dan jangan biarkan riba/korupsi/cara-cara yang tidak fair melemahkan fungsi uangmu sebagai ALAT TUKAR / KWITANSI.
Mengatakan bahwa emas/perak adalah yang paling ideal itu sama saja Anda menganut paham Kapitalis. Bagaiman rakyat kecil yang tidak punya emas/perak? Darimana emas/perak didapatkan untuk memulai?
Fir'aun dan Qorun adalah pemilik emas melimpah tapi tetap saja tidak ada keadilan di saat itu. Karena tetap saja kapitalis. Pemilik emas dan perak yang paling banyak yang akan tetap/selalu menang.
Orang-orang yang mengatakan zaman Nabi Muhammad adalah pakai dinar dirham maka kita harus mengikuti jika mau selamat adalah PENIPU. Zaman nabi-nabi sebelumnya malah tidak pakai alat tukar. Itu juga bukan halangan untuk mendapatkan rezeki dari Allah. Islam mengajarkan mencari rezeki..!! Bukan dinar...!! Bukan dirham...!!. Jangan ajak mereka tersesat hanya karena NAFSUMU..!!. Pahami konsep rezeki dalam Islam. Sampaikan yang haq tinggalkan yang batil ..!!
Beda halnya jika manusia tahu apa yang dibutuhkan dari dunia ini yaitu rezeki dari Allah. Maka sistem perdagangan paling adil adalah rezeki ditukar dengan rezeki. Uang/kwitansi adalah bukti tulis sebagai "janji kesepakatan bersama" untuk bisa ditukarkan dengan komoditas barang/jasa lainya. Jadi, orang yang tidak berusaha mendapatkan rezeki semestinya juga tidak mendapatkan uang. Apalagi orang yang cuma duduk-duduk saja di pemerintahan dan mendapat gaji dari malak rakyat/pajak. Lebih hina/keji lagi orang-orang yang makan dari bunga/riba bank.
Nabi sebagai sosok panutan tetap saja mengusahakan rezeki. Bukan mendapatkan gaji/uang/dinar/dirham dari umatnya.
Lalu bagaimana dengan tokoh agama sekarang?
Menjual agama demi dapatkan uang?
Tidak mau mengusahakan rezeki?
Ceramah-ceramah agama menetapkan tarif?
Apakah Nabi melakukan itu?
Berhentilah menjual agama, jika memang kamu mengikuti Nabimu.
Selamatkan dirimu dari fitnah dunia jika tidak ingin menjadi golongan orang-orang yang rugi di kehidupan akhirat kelak. Hidup yang kekal abadi.
Dinar dan dirham hanya sebagai alat tukar saja, justru dg kwitansi yg kita buat sendiri malah rawan untuk disalahgunakan, sdgkan dinar dirham memang punya intrinsic value dan sulit untuk dimanipulasi jumlahnya
BalasHapusKalau dinar dirham/emas dan perak yang dipakai tetap pemilik emas dan perak yg berkuasa. Permasalahan terbesarnya adalah di riba nya. Yg meggelembungkan nominalnya.
BalasHapus