Sejarah Pedagang Uang (Money Changer) (bagian 2 dari 7)



1558 : Ratu  Elizabeth  I  naik  tahta,  dan  memutuskan bahwa untuk mengendalikan suplai uang dia harus mengedarkan koin emas dan perak sendiri, dan berhasil mengambil kendali suplai uang dari para pedagang uang.

1609 : Para pedagang uang di Belanda mendirikan Bank Sentral pertama dalam sejarah di Amsterdam.

1642 : Pedagang   uang   membiayai   Oliver   Cromwell   untuk melancarkan  revolusi  di  Inggris,  supaya  mereka  bisa memegang kendali atas  suplai uang  kembali. Dalam perang yang penuh darah, Cromwell akhirnya menggulingkan Raja Charles I  dan  memberikan hukuman mati  kepadanya tahun
1649.

Para pedagang uang segera mengkonsolidasikan kembali kekuatan mereka dan selama beberapa dekade berikut memprakarsai  berbagai  perang  dengan  biaya  yang  sangat tinggi untuk kerajaan Inggris. Mereka juga mengambil kepemilikan atas sebidang properti di tengah kota London yang saat ini dikenal dengan nama City of London.

1688 : Para  pedagang  uang  di  Inggris  bekerja  sama  dengan rekan mereka yang lebih sukses di Belanda, melancarkan sebuah invasi ke Inggris. Dipimpin oleh William of Orange, mereka merebut tahta kerajaan Inggris. William of Orange kemudian menjadi raja Inggris dengan sebutan Raja William III tahun 1689.



1694 : Selama  50  tahun  yang  penuh  dengan  peperangan, pemerintah Inggris akhirnya kesulitan dalam pembiayaan dan harus meminjam kepada para pedagang uang. Para pedagang uang bersedia meminjamkan uang mereka dengan syarat mereka akan diberikan hak untuk mendirikan sebuah bank swasta dengan hak menciptakan kredit.

Nama dari bank ini adalah Bank of England, yang dinamai demikian dengan tujuan satu-satunya adalah untuk membohongi publik bahwa seolah-olah itu adalah milik pemerintah.

Modal awal yang seharusnya disetor untuk mendirikan bank ini adalah 1,25 juta pound dalam bentuk koin emas, nyamun kenyataannya hanya 750 ribu pound yang benar-benar disetor oleh para pedagang uang ini. Namun hal ini tidak menghalangi mereka untuk segera memulai pinjaman kepada kerajaan Inggris  dengan  mengenakan  bunga  atas  setiap  sen  yang mereka pinjamkan.

Salah satu Direkturnya pernah mengatakan, “Bank ini mendapatkan keuntungan dari uang-uang yang dia ciptakan tanpa modal, dan semua pinjamannya harus dijamin dengan pajak yang harus dibayar oleh rakyat Inggris.”

Tak lama kemudian, Bank of England segera menyerang talley stick, bentuk uang lain yang masih beredar pada masa itu.
1698 : Selama empat tahun pertama Bank of England, rencana mereka untuk mengendalikan suplai uang berkembang dengan pesat. Hutang awal yang sebelumnya cuma 1,25 juta pound


sekarang sudah bertambah menjadi 16 juta pound! Ini adalah peningkatan sebesar 1280% hanya dalam 4 tahun.

Mengapa mereka melakukan ini? Sederhana, sebagai contoh bila uang yang beredar di sebuah negara adalah 5 juta pound, dan Bank Sentral kemudian menerbitkan 15 juta pound baru dan mengedarkannya di masyarakat dalam bentuk pinjaman, maka ini akan melemahkan nilai dari 5 juta pound yang sebelumnya ada. 5 juta pound itu sekarang hanyalah 25% dari perekonomian. Dengan demikian bank mengontrol 75% dari sirkulasi uang di negara tersebut. Ini adalah tahap I dari skema kerja mereka.

Hal ini sekaligus menciptakan inflasi yang merupakan pengurangan nilai uang yang dimiliki setiap orang karena masyarakat tersebut dibanjiri dengan uang baru dari Bank Sentral. Karena nilai uangnya bertambah kecil, maka orang- orang mulai pergi ke bank untuk mengajukan pinjaman modal untuk menjalankan usaha dan lain-lain. Saat Bank Sentral merasa cukup puas dengan tingkat hutang dari masyarakat tersebut, mereka akan mulai mengetatkan suplai uang dengan mempersulit pinjaman. Ini  adalah tahap II  dari  skema kerja mereka.

Tahap III, duduk manis dan menunggu sebagian debitur gagal bayar / bangkrut, ini akan memberikan kesempatan kepada bank untuk menyita kekayaan riil, bisnis, properti dll, dengan membayar harga  murah  kepada  pemilik  sebelumnya. Inflasi tidak pernah memberikan efek jelek terhadap bank, mereka adalah satu-satunya grup yang mendapatkan manfaat darinya, sebab bila mereka kekurangan uang mereka tinggal mencetak lebih banyak.



1757 : Benjamin   Franklin   (salah   satu   pemimpin   revolusi Amerika) menuju Inggris dan menghabiskan 18 tahun berikut di sana sampai menjelang perang Revolusi.

1760 : Mayer  Amschel  Bauer  mengganti  namanya  menjadi Mayer  Amschel  Rothschild  dan  mendirikan  House  of Rothschild. Dia menemukan bahwa memberikan pinjaman kepada pemerintah jauh lebih menguntungkan daripada memberikan pinjaman kepada individu, sebab nilai pinjaman kepada pemerintah lebih besar dan hutangnya dijamin oleh pajak dari rakyat negara yang bersangkutan. Kemudian dia melatih kelima anaknya seni penciptaan uang ini.

1764 : Benjamin   Franklin   ditanya   oleh   Bank   of   England mengapa  koloni  mereka,  Amerika,  bisa  bertambah  makmur dan dia menjawab “Gampang saja. Di Amerika kami menerbitkan uang kami sendiri. Kami menyebutnya Colonial Scrip.  Kami  menerbitkannya  sesuai  dengan  proporsi permintaan dari perdagangan dan industri yang memproduksi semua barang dari produsen ke konsumen. Dengan mengendalikan mata uang kami sendiri, kami mengendalikan daya beli mata uang kami, dan kami tidak berhutang kepada siapapun.”


Contoh Colonial Scrip


Mendengar penjelasan ini, parlemen Inggris segera mengeluarkan aturan Currency Act tahun 1764. Mereka melarang  koloni  mereka  untuk  mengeluarkan  mata  uang sendiri dan semua pajak diharuskan untuk dibayarkan dalam bentuk koin emas maupun perak.

Dalam autobiografinya, Franklin berkata, Dalam waktu satu tahun, kondisi Amerika berbalik dengan sebelumnya, depresi mulai terjadi, dan orang-orang kehilangan pekerjaan mereka… Negeri koloni ini sebenarnya dengan senang hati bersedia membayar sedikit pajak atas produksi teh dan lainnya seandainya uang mereka tidak diambil oleh Inggris”

Hilangnya hak koloni untuk mengeluarkan mata uang mereka sendiri   dari tangan Raja George III dan  para bankir internasional inilah yang menyebabkan perang revolusi.

Kontrol atas sistem keuangan Amerika ini kemudian berganti tangan selama 8 kali sejak 1764.



Benjamin Franklin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar