1775 :
Tanggal 19 April,
dimulainya perang revolusi di Lexington, Massachusetts.
Saat itu koloni sudah tidak punya
koin emas dan perak karena habis untuk membayar pajak kepada kerajaan Inggris. Akibatnya,
pemerintahan kolonial mencetak uang kertas untuk membiayai perang.
Saat perang dimulai, suplai uang Amerika berjumlah 12 juta dolar.
Di akhir perang,
jumlahnya menjadi 500 juta dolar, dan akibatnya mata uang ini menjadi
tak berharga.
1781 : Menjelang akhir dari perang revolusi Amerika, Konggres
sudah putus asa akan persediaan uang. Jadi mereka mengizinkan kepala
pengawas finansial, Robert Morris, untuk
membuka sebuah bank swasta, dengan harapan
bisa
mengatasi masalah kekurangan uang.
Morris adalah orang kaya
yang
mendapatkan rezekinya di masa revolusi dengan berdagang material perang.
Bank Sentral pertama di Amerika ini disebut dengan Bank of North America, yang diizinkan untuk beroperasi
selama 4 tahun, yang
dioperasikan dengan cara yang serupa dengan Bank of
England. Mereka bisa mempraktekkan fractional reserve
banking, menciptakan uang yang tidak mereka miliki,
meminjamkannya kepada orang lain dengan mengenakan
bunga atas pinjamannya.
1785 : Walaupun berjanji untuk mengatasi masalah suplai uang, tetapi kenyataannya
Robert Morris tidak berhasil melakukan apapun selain menciptakan
keuntungan untuk pribadinya, dan hak kartel banknya pun tidak diperpanjang
Konggres.
1791 : Bank Sentral
kedua
berhasil
didirikan
atas
lobi
dari
Robert Morris, Alexander Hamilton,
dan Thomas Willing. Nama
dari bank ini adalah First Bank of the United
States, yang sebenarnya sama persis
dengan
Bank of North America.
Mereka mendapatkan kartel selama 20 tahun dan berhak
memonopoli pengadaan uang dari Amerika. 80%
dari sahamnya dikuasai oleh swasta dan 20% lainnya oleh
pemerintah. Namun, sama seperti
Bank of England maupun
Bank of North America, para pemegang saham
swasta ini sebenarnya tidak menyetor penuh modal mereka, mereka
menggunakan uang deposit dari pemerintah untuk
menciptakan kredit bagi mereka sendiri untuk membeli 80%
saham mereka.
Pemegang saham swasta di bank ini tidak pernah diumumkan, namun secara umum dipercayai
bahwa Rothschildlah yang ada di baliknya.
Pada tahun 1790, saat Alexander Hamilton sedang
mengajukan pendirian bank ini kepada Konggres, Mayer Amschel
Rothschild di Frankfurt, Jerman, mengatatakan hal ini, “Biarkan saya yang mengontrol uang sebuah negara, maka saya tidak peduli siapa yang
menulis hukum di negara tersebut.”
Thomas Jefferson
1798 : M.A. Rothschild mengirim anaknya, Nathan,
yang saat itu berumur 21 tahun ke Inggris. Dengan modal 20.000 pound,
dia mendirikan sebuah
bank di sana.
1800 : Di Perancis, Bank of France didirikan.
Tetapi Napoleon memutuskan untuk tidak berhutang kepada bankir.
Dia berkata “Bila pemerintah tergantung pada para bankir untuk
mendapatkan uang, maka bankirlah dan bukan pemerintah yang
sedang memegang kendali. Tangan yang memberi di atas
tangan yang menerima. Uang tidak
mengenal nasionalisme,
para bankir tidak memiliki patriotisme, satu-satunya
tujuan mereka adalah keuntungan.”
1803 : Presiden
Thomas Jefferson bersepakat dengan Napoleon, Amerika
akan
memberikan 3 juta
dolar
emas
sebagai ganti atas sisi Barat sungai Missisipi. Ini dikenal sebagai
pembelian Louisiana.
Napoleon menggunakan
uang ini untuk membentuk pasukan,
dan mulai menaklukkan Eropa. Bank of England segera bangkit membiayai perang melawan Napoleon
dan mendapatkan keuntungan besar
dari perang tersebut. Prussia,
Austria, dan Rusia semuanya
terbenam dalam hutang dalam usaha untuk
menghentikan Napoleon.
1807 : Nathan Rothschild menyelundupkan emas dari Perancis menuju Spanyol untuk membiayai serangan Duke of Wellington terhadap Napoleon.
1811 : Masa 20 tahun kartel First Bank of the United States
berakhir. Nathan Rothschild mengancam “Bila aplikasi kartel
ini tidak diperpanjang, Amerika akan terlibat dalam perang yang mengerikan.”
Presiden keempat Amerika saat
itu, James
Madison, sangat membenci bankir,
dan
bersama dengan Wakil
Presiden, George Clinton, mereka berhasil
menghalangi Senat untuk
memperpanjang kartel bank.
1812 : Seperti yang dijanjikan Nathan Rothschild, akhirnya Inggris menyerang Amerika. Namun, karena pada saat yang
bersamaan Inggris masih sibuk berperang melawan
Napoleon, sampai perang berakhir
tahun 1814, Amerika belum berhasil
dikalahkan.
1814 : Napoleon kalah dan dibuang ke sebuah
pulau di Italy, Elba.
1815 : Napoleon
berhasi
melarikan diri
dan
kembali
ke
Perancis. Dia berhasil mengumpulkan kembali
pasukan, tetapi akhirnya kalah kembali
dari Duke of Wellington di perang Waterloo.
Nathan Rothschild mengirim salah satu orang kepercayaannya, Rothworth untuk memantau perang tersebut.
Begitu hasil perang akhir diketahui, Rothworth
segera kembali ke Inggris
untuk memberitahu
kepada Nathan. Nathan mengetahui kabar ini 24 jam lebih cepat
daripada Wellington sendiri
di London.
Nathan segera
menuju
bursa
saham
London dan menjual besar-besaran. Para pedagang yang lain percaya
ini adalah pertanda bahwa Napoleonlah yang memenangkan perang dan mereka pun ikut menjual dalam kepanikan.
Pasar benar-benar goncang, dan semua orang mulai menjual surat hutang pemerintahan
Inggris, tetapi Rothschild diam- diam membeli kembali dalam jumlah besar saat harga surat hutang itu jatuh beberapa jam kemudian. Surat-surat hutang
ini bisa dikonversikan dengan saham Bank of England, dengan cara itulah Rothschild mengambil alih Bank of England, dan sejak saat itu
mengendalikan suplai uang di Inggris.
Nathan Rothschild mengatakan
bahwa
selama 17 tahunnya
di Inggris, dia berhasil
melipatgandakan 20.000 pound yang dia bawa
sebesar 2500 kali lipat menjadi 50 juta pound!
Sebagian orang bertanya,
mengapa bankir menyukai perang? Sederhana saja, bankir membiayai kedua belah pihak yang berperang. Perang adalah generator hutang terbesar dari
sebuah negara. Sebuah negara bersedia meminjam berapapun juga agar bisa memenangkan perang. Hasil akhir sebenarnya sudah diketahui dari awal. Sang pecundang
akan
dibiayai secukupnya, dan pihak yang dibiayai besar-besaran
akan memenangkan perang.
Bagaimana bankir memastikan uang
mereka bisa kembali? Semua pinjaman diberikan
hanya ketika mereka mendapatkan jaminan pemerintah bahwa hutang yang mereka berikan akan
dibayarkan saat perang dimenangkan.
1816 : Konggres Amerika kembali mengizinkan
Bank
Sentral
swasta didirikan. Kali ini namanya “Second
Bank
of the United
States.” Bentuk dan pemegang sahamnya adalah lagi-lagi sama dengan First Bank of the United States.
1826 : Talley stick ditarik dari peredaran uang di Inggris.
1828 : Perekonomian
Amerika yang sudah dimanupulasi gila- gilaan oleh Bank
Sentralnya menyebabkan banyak
orang
bangkit melawan mereka.
Anggota Senat Andrew Jackson
menyampaikan kampanye menuju Presiden dengan target
utama membubarkan Bank Sentral.
Andrew Jackson
Jackson memenangkan
pemilihan Presiden dan langsung beraksi menyingkirkan orang-orang
suruhan bankir yang menjabat di pemerintahan. Dia memecat 2.000 orang dari total 11.000 pegawai pemerintahan Federal
saat itu.
1832 : Walaupun para bankir membiayai
lebih dari 3 juta dolar untuk calon
yang mereka sukai,
Henry Clay, Jackson tetap terpilih kembali sebagai Presiden Amerika.
Motto kampanyenya “Jackson and No Bank!” Presiden Jackson dalam pidato kemenangannya mengatakan “Bahaya korupsi ini cuma terhalangi, belum benar-benar mati.”
1833 : Presidan Jackson menunjuk Roger
Taney
sebagai Sekretaris Keuangan Negara, dan menginstruksikannya
memulai penarikan deposit pemerintah di Second Bank of the
United States.
Kepala Second Bank of the United States, Nicholas
Biddle, menggunakan pengaruhnya di Senat untuk menolak rencana Roger, dan mengancam memprakarsai sebuah
depresi bila kartel mereka tidak diperpanjang.
Biddle berkata, “Tidak ada hal lain selain penderitaan
masif yang bisa mempengaruhi Konggres... Saya sama sekali tidak ragu, bila tiba saat itu, mereka akan memperpanjang kartel ini.”
Kemudian Second Bank of the United States memperketat peredaran uang di Amerika, mereka memanggil kembali pinjaman mereka dan menolak memberikan
pinjaman baru.
Kepanikan dan kekacauan finansial pun muncul, dan Amerika
memasuki masa depresi. Apa yang dilakukan Biddle sekali lagi membuktikan kepada
dunia seperti apa Bank Sentral
sebenarnya.
Biddle tanpa rasa malu
malahan
menyalahkan Presiden Jackson, bahwa Presidenlah yang menyebabkan depresi.
1835 :
Konggres
memutuskan untuk membatalkan peng-
ambilan deposit negara dari Second Bank of the United States.
1836 :
Kartel Second
Bank
of
the
United
States tidak diperpanjang.
Nicholas Biddle ditangkap dan dituntut atas
tuduhan penipuan.
1838 :
Pada tanggal 8 Januari Jackson membayar pembayaran
terakhir hutang pemerintah. (Dia adalah satu-satunya Presiden Amerika yang pernah melunasi hutang pemerintah dalam sejarah Amerika sampai
hari ini)
Seorang pembunuh
bayaran, Richard Lawrence mencoba
menembak Jackson, namun tidak berhasil. Di pengadilan
dia divonis tidak bersalah atas dalih dia sudah gila. Setelah bebas, Lawrence terang-terangan mengatakan di publik dia bekerja untuk sekelompok orang berkuasa
di Eropa yang berjanji akan
melindunginya bila dia tertangkap.
Ketika ditanya apa pencapaian
terpenting yang pernah
dilakukan dalam hidupnya, Jackson berkata Penutupan Bank Sentral”
Perlu waktu 75 tahun bagi para keluarga bankir untuk bangkit kembali
dan mendirikan bank sentral berikut, Federal Reserve. Kali ini mereka menggunakan
keturunan langsung mereka
sendiri, Jacob Schiff, keturunan dari Rothschild.
1850 :
Jacob (James)
Rothschild
ditaksir memiliki kekayaan sebesar 600 juta Franc, lebih banyak 150 juta Franc dari seluruh bankir di Perancis dijadikan satu.
1852 :
Perdana
Menteri
Inggris, William Gladstone, mengatakan “Sejak saya bertugas di sini, saya mulai menyadari
ternyata pemerintah tidak berkuasa atas masalah finansial.
Mereka memang
tidak direncanakan
untuk berkuasa, pekerjaan sebenarnya
mereka
adalah melindungi dan menutupi “Kekuatan Kaya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar